Guru-ku ; Guru Tua
Pahlawan Tanpa Tanda Jasa
Hadirin yang berbahagia !
Alangkah beruntungnya kita pada hari ini. Karena pada hari yang penuh berkah ini kita dapat bersama-sama menghadiri peringatan H a u l guru kita yang ke-40 tahun menurut perhitungan kalender hijriah. Dan apabila kita menelusuri sirah Guru Tua, maka hari ini kita sedang merayakan 3 x 40 tahun. Sebab Guru Tua dilahirkan tahun 1309 Hijriah, mendirikan lembaga pendidikan Alkhairaat tahun 1349 Hijriah, wafat meninggalkan Abnaulkhairaat, segenap santri dan civitas academica-nya tahun 1389 Hijriah, dan sekarang kita memperingati Haul-nya tahun 1429 Hijriah. Sebuah peringatan yang sangat istimewa !
Guru Tua adalah laqab populer dan merupakan panggilan akrab Al Mukarram Al Haj As-Sayyid Idrus Bin Salim Al Jufri — Tokoh Pendiri Alkhairaat — Yang lahir 120 tahun lalu di negeri Taris, lembah Hadramaut, pada tanggal 14 Sya'ban 1309 Hijriah bertepatan dengan hari Senin Pon tanggal 14 Maret 1892 Miladiah.
Silsilah keturunannya sambung menyambung sampai kepada Rasulullah Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam, seorang Nabi dan Rasul dari rumpun suku Quraisy yang masyhur. Syekh Salim Bin Hamied, menulis dalam kitabnya ”Al Kaukabul ‘Alawy Fie Manaqib Watarjamati Sayyidil Imam Al Bahrul ‘Allamah Alwy Bin Saqqaf Al Jufri”, bahwa Guru Tua, dari garis ayahnya mempunyai silsilah sebagai berikut “Idrus bin Salim bin Alwy bin Saqqaf bin Alwy bin Abdullah bin Husain bin Salim bin Idrus bin Muhammad bin Abdullah bin Alwy bin Abu Bakar Al Jufri bin Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Alwy bin Muhammad bin Alwy bin Ali bin Muhammad bin Ali bin Muhammad Alfaqihulmuqaddam bin Ubaidillah bin Ahmad Al Muhajir bin Isa An Naqib bin Muhammad An Naqib bin Ali Al ‘Uraidhy bin Ja’far Ash Shadiq bin Muhammad Al Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali Bin Abi Thalib”. Karramallahu Wajhah
Sang guru yang mulia wafat di lembah Palu pada dini-hari tanggal 12 Syawwal 1389 Hijriah bertepatan dengan hari Senin Wage tanggal 22 Desember 1969 Miladiah. Setelah dalam kurun waktu 40 tahun lamanya mukim di tempat ini, melakukan pencerahan terhadap umat dalam segala seginya, baik dibidang aqidah, dibidang hukum-hukum syara', maupun dibidang akhlak, dengan penuh kesabaran, tanpa mengenal lelah, ikhlas berjuang, dan terus berjuang, pantang mundur walau kendala dan rintangan membentang dihadapan.
Sebagian besar umurnya habis untuk menerangkan hakikat Islam dan menjelaskan konsep hakiki tentang Iman dan tangga - tangga menuju Ihsan. Aktivitasnya dibidang pendidikan dan da'wah kejalan Allah telah menjadikan segala kemewahan dunia terlupakan, waktu-waktu istirahat terabaikan, harta benda dikorbankan, dan bumi tumpah darah ditinggalkan.
Pantas, jika segenap pencinta pun memberinya gelar kehormatan sebagai Al ’Alimul ’Allamah Al Bahrul Fahhamarrabbany Al Mujahid Al Maghfuur-lahu. Itulah gelar Honoris Causa, lambang kehormatan yang disandangnya sebagai seorang Ulama — Waratsatul Anbiya’ — yang berjuang tanpa pamrih, guna menegakkan Kalimatullah Hiyal-ulyaa.
Sesungguhnya u l a m a itu tidak ditetapkan melalui surat keputusan pelaksanaan tugas, tidak diseleksi berdasarkan ijazah-ijazah akademis, dan tidak pula dipilih karena gelar-gelar ilmiah. Tetapi ditentukan melalui jihad atau perjuangan mereka, pengorbanan waktu dan kesungguhan mereka meniti jalan Allah, melalui berbagai ibadah ritual dan amal sosial-mu'amalat. Berbeda dengan kita sekarang, baru sarjana agama, orang terus merasa jadi ulama. Sehingga kita punya banyak ulama, namun semuanya mandul.
Hadirin sekalian !
Guru Tua telah mendirikan Alkhairaat bagi kita semua untuk mendidik anak-anak bangsa. Lembaga ini berdiri akibat huisbezoek yang dilakukannya. Berawal dari sepetak toko kepunyaan Hi. Quraish di kampung Ujuna. Kemudian beralih ke rumah kediaman Hi. Dg. Marotja di kampung Baru. Tepat tanggal 14 Muharram 1349 Hijriah atau hari Rabu Kliwon tanggal 11 Juni 1930 Miladiah di resmikan sebagai "Perguruan Islam". Acara peresmiannya mendapat sambutan hangat para Madika dan Magau, tokoh-tokoh (golongan minoritas) bangsa Arab, kepala kampung dan sejumlah warga yang ada. Masyarakat lembah Palu dan sekitarnya berbondong-bondong memasukkan anak-anak mereka pada Perguruan ini untuk memperoleh didikan agama Islam; agar putra mereka menjadi manusia intelek, bertakwa kepada Allah Ta'ala, yang selain memiliki ilmu pengetahuan, juga mempunyai kemampuan bermasyarakat, bertingkah laku berdasarkan norma-norma aturan Islam.
Dalam pada itu, Guru Tua berucap ;
Hai sekalian manusia ....... !
Hari ini adalah hari bahagia
Bergegaslah ke - Alkhairaat
Menabur benih kebajikan
H. Zainal Abidin Betalemba, mengungkapkan pada suatu kesempatan Guru Tua berkata ; "Saya bersyukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta'ala bahwa pihak Pemerintah menyambut dengan baik sekali dan memperhatikan dengan pantas dan wajar ; . . . Di daerah Sulawesi Tengah dan Palu Kabupaten Donggala ini, supaya betul-betul memperhatikan Madrasah (Sekolah); karena dengannya manusia lebih-lebih kita ummat Islam baru bisa maju" Lalu ditegaskannya "Alkhairaat ini meng-harumkan nama Palu, sebab dimana-mana ada cabang Madrasah, mau tidak mau Palu pasti disebut. Insya Allah ! Palu ini menjadi Ka'bah buat ilmu atau tempat tuju haji ilmu, ..."
Kepada para pencinta sekaligus masyarakat yang bermukim di lembah Palu dan sekitarnya, Guru Tua pun mendendangkan sya'ir ;
Segala puji hanya bagi Allah
Alkhairaat makmurlah sudah
Di dalamnya tempat para patriot
dan kawula muda satria
Wahai masyarakat lembah Palu
Alkhairaat itu Alma-matermu
Senantiasa mengajak siapa saja
Yang berhasrat datang padanya

Alkhairaat punya kita
Beragam ilmu ada padanya
Maka cukupkan diri-mu darinya
Janganlah menjadi ibarat
Orang yang bangkrut

Dari tempat nan jauh cahayanya nampak
Bagi mereka yang mendapat petunjuk
Dan tiada 'kan melihat cahaya
Kalbu mata yang buta

Hadirin yang budiman !
Guru Tua memang seorang 'Alim Rabbany, ulama yang mendidik manusia dengan manhaj Allah dan membina mereka sampai ketingkat kesempurnaan yang tinggi dengan ilmu dan amal yang diridhai Allah Ta'ala. Alqur'an menyatakan 'Kuunuu Rabbaniyyina — Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani"(Qs. 3 : 79). Yaitu orang-orang yang sempurna ilmu dan takwa-nya kepada Allah.
Dalam menafsirkan ayat ini Ibnu Abbas berkata dalam tafsir-nya ; "Mereka (orang-orang rabbani) itu ialah orang-orang yang mendidik manusia dengan mengajarkan pengetahuan yang praktis sifatnya, sebelum mengajarkan yang pelik dan rumit — Humulladzina yurabbuunan-naas bi-shigharil ilmi qabla kibaariha". Sementara Abu Rizin, menurut Ibnu Katsir, menafsirkan kata Rabbaniyyin sebagai orang-orang yang murah hati (hulama') dan orang-orang yang berilmu ('ulama).
Sebagai seorang ulama, Guru Tua menimba air ilmu dari lautnya, bukan dari tukang penjaja air, sehingga apabila ia berbicara tentang Alqur'an dan tafsir-nya, dia-lah pemegang benderanya; jika ia berbicara tentang hadits, maka ia pemilik ilmu dirayah dan riwayah-nya; jika ia berbicara tentang fikih, ia sampai pada puncaknya, dan jika ia berbicara tentang sya'ir, maka ia pemilik ilmu arudhi dan qawafi-nya;
Guru Tua berkata ;

Bila anda hendak mengenalnya
Lihatlah D i w a n nya
Bacalah R i s a l a h nya
Dan tela'ah-lah petuah-petuahnya

Sebagai seorang guru dan pendidik, Guru Tua menanamkan prinsip keikhlasan ilmu dan amal kepada Allah. Ini termasuk perkara yang tidak banyak diketahui karena jauhnya sebagian besar kita dari manhaj rabbani. Sungguh, banyak ilmu yang berguna dan tidak sedikit amal yang besar bagi umat, namun yang memilikinya atau mengerjakannya tidak bisa mengambil manfaat apa-apa, hilang bersama angin dan jadilah ia seperti debu yang beterbangan — habaanmantsuuran. Semua itu karena pelakunya tidak meng-ikhlas-kan ilmu dan amalnya dan tidak menjadikannya di jalan Allah. Tujuan mereka bukan untuk memberi manfaat kepada saudara-saudaranya sesama muslim. Tapi justru bertujuan untuk memcari harta, memperoleh kedudukan, mendapatkan pangkat dan semacamnya. Maka dengan tegas Guru Tua mengingatkan ;

Dan bukanlah jua
Maksud hati mendapat harta
Pun beroleh pangkat
Sungguh, hanyalah semata
Untuk tujuan kemuliaan
Di sorga nan bernikmat

Hadirin yang saya muliakan !
Kepada para guru yang punya peran penting dalam pem-bentukan sebuah generasi, yang ditangannya terletak masa depan anak bangsa, Guru Tua berpesan ;

Lewat ilmu dan budi pekerti
Cita-cita akan tercapai
Jika anda punya ilmu
Janganlah takabur

Ini bermakna seorang guru yang sukses harus mempunyai keluasan ilmu, memiliki akhlaqul-karimah, bersifat rendah hati dan jauh dari sifat takabur. Karena itu bisa dipastikan, guru yang jarang membaca adalah guru yang sempit akalnya, pikirannya mati, dan ilmunya pun ketinggalan seiring berbagai permasalahan yang muncul.
Guru itu seperti sungai, harus memberi minum kepada orang-orang yang kehausan, mengalir dengan deras disetiap lembah, mengubah tandusnya akal menjadi pengetahuan yang berbunga dan harum semerbak dilembah-lembah pengetahuan yang banyak ragamnya. Dan harus dijaga betul jangan sampai guru tidak lebih berakhlak daripada muridnya. Karena boleh jadi, guru kencing berdiri, murid mengencingi guru.
Ahmad Syauqi Bek, penyair Mesir berkata ;
"Pabila guru tak adil, akan sedikit mengalir ruh
keadilan di tengah para pemuda.
Jika guru berbuat salah, sedikit saja, akan lahirlah
murid-murid yang lebih buruk darinya.
Jika pengarahan diberikan dengan dorongan hawa nafsu
Dan sifat ghurur (lupa diri) maka sebutlah itu penyesatan.
Kalau akhlak suatu kaum bejat
adakanlah kenduri dan tangisan untuknya"
Berkaitan dengan sifat rendah hati (tawadhu') dampaknya tidak hanya dirasakan oleh sang guru, tetapi juga murid-muridnya. Sifat ini menghilangkan tirai pemisah antara seorang guru dengan muridnya, sehingga sang murid lebih dekat dan semakin akrab dengan gurunya. Sementara sifat takabur dapat menyebabkan para murid menjauhi guru mereka. Fu'ad Asy Syalhub, menjelaskan; dampak dari sifat takabur itu dalam pribadi para guru bagi masyarakat Islam, ialah : Pengingkaran terhadap kebenaran dan tidak mau tunduk padanya ; Terpedaya terhadap ilmu yang dimiliki, padahal ilmu yang dikuasainya sangatlah sedikit, dan enggan lebih mendalami ilmu pengetahuan karena merasa dirinya telah mengetahui dan memahami segala sesuatu. Oleh karena itu, terhadap murid-murid kesayangannya Guru Tua selalu me-nasehatkan;

Kethauilah wahai muda kirana
Tak bisa diraih ilmu kecuali dengan belajar
Tidak ada sifat murah hati
Kecuali melatih diri dan membiasakannya

Setelah itu ia menegaskan ;
Mencari ilmu pengetahuan
Bagi setiap abdi adalah kewajiban
Pun kehidupan mereka
Haruslah dengan ilmu dan irfan

Pesan-pesan yang disampaikannya ini merupakan sebuah sinergi kecerdasan intelektual ('ilm), kecerdasan emosional (hilm), dan kecerdasan ruhaniah (irfan). Tidak ada sinergi positif yang lebih baik melebihi sinergi kecerdasan intelektual atau intelligence quotient, kecerdasan emosional atau emotional quotient, dan kecerdasan ruhaniah atau spiritual quotient. Dan untuk mencapai semua kecerdasan itu, dalam setiap jenjang pendidikan yang ada diberikan materi pembelajaran yang sesuai dengan tipologi ketiganya. Dari tiga model pengembangan tersebut, pengembangan spiritual quotient (SQ) menduduki posisi yang sangat vital. Itu, karena pengembangan SQ dengan materi pengetahuan agama, bertujuan agar setiap anak anak bangsa memiliki fondasi mental spiritual yang kokoh, sehingga mereka punya integritas kepribadian luhur yang dapat menunjang keberhasilan pembangunan bangsa dan negaranya. Ini-lah yang menjadi misi utama Guru Tua, seperti yang disenandungkannya pada untaian sya'ir ;

Obatilah dengan ilmu agama
Kejahilan kalbu-hatimu
Siapa yang tak mengobatinya
Kelak 'kan rugi-sengsara

Dalam bait-bait sya'ir yang lain, ia menegaskan ;

Menuju ilmu dan takwa
Aku ajak setiap muslim
Pun lewat contoh teladan
Harta, tulisan dan tuturan
Kepada Tuhan aku seru mereka
Dan inilah kitab-nya (Alqur'an)
Dari sinarnya maka jelaslah
Bagi mereka segala kejahiliyahan
Sunnah Nabi pilihan pun
Ku serukan untuk mempelajarinya
Didalamnya terdapat petunjuk
Cahaya dan ilmu yang berguna
Camkanlah !

Hadirin yang dirahmati Allah !
Sebagai seorang da'i, Guru Tua berdakwah ikhlas semata karena Allah, bukan untuk kemasyhuran duniawi. Ia menawarkan formula baru di bidang dakwah se-bagaimana terungkap dalam untaian sya'ir di atas. Yaitu Bi Haalii atau da'wah Bil Haal, wa Maalii atau da'wah Bil Maal, wal Yaraa-i atau da'wah Bil Qalam, wa Bil Fami atau da'wah Bil Lisaan.
Para ahlul ilmi menjelaskan bahwa da'wah dalam arti sejatinya hanya dapat dilakukan oleh seorang ulama; yang dilakukan oleh selain ulama hanyalah amar ma'rif nahyi munkar. Da'wah dan amar ma'ruf nahyi munkar merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Sebab bila da'wah merupakan totalitas dari setiap ucapan dan laku-perbuatan yang bernilai ajakan menuju jalan Allah, maka amar ma'ruf nahyi munkar adalah salah satu perwujudannya. Setiap amar ma'ruf nahyi munkar adalah da'wah, tapi tidak setiap da'wah itu amar ma'ruf nahyi munkar.
Dalam realitas sekarang ini, pengertian tentang da'wah banyak disalah-fahami oleh umat Islam. Da'wah biasanya dikesankan sebagai ceramah, khutbah dan sejenisnya. Sehingga image yang muncul bahwa da'wah merupakan kepandaian teknis dalam berceramah, berkhutbah dan yang menyerupainya. Persepsi se-macam ini tentu saja sangat keliru, sebab semua itu hanya bagian dari da'wah atau salah satu dari metodenya. Karena itu, misunderstanding mengenai da'wah tersebut, harus dikembalikan pada jalan yang sebenarnya. seperti yang telah dikelompokkan Guru Tua, dalam empat kategori. Yang pertama, Bi Haali atau da'wah Bil Haal adalah da'wah dengan perbuatan nyata yang meliputi keteladanan. Misalnya dengan tindakan amal nyata yang dari karya nyata tersebut hasilnya bisa dirasakan secara konkrit oleh masyarakat, seperti mendirikan madrasah, membangun masjid dan rumah sakit. Ke-dua, Wa Maali atau da'wah Bil Maal ialah berda'wah dengan harta kekayaan yang dimiliki. Ini juga Guru Tua sosialisasikan karena yakin bahwa imbalan yang disediakan Allah jauh lebih banyak dan kekal sifatnya. Ke-tiga, Wal Yaraa'i atau da'wah Bil Qalam adalah da'wah yang dilakukan dengan keahlian menulis di media massa seperti surat kabar, majalah, buku, maupun internet. Dan ke-empat, Wa bil Fami atau da'wah bil lisan adalah da'wah yang dilaksanakan melalui lisan, yang dilakukan antara lain dengan ceramah, khutbah, nasihat dan sebagainya.
Dengan memahami secara cermat kategorisasi da'wah itu, maka jelaslah ceramah, khutbah dan lainnya, hanyalah bagian dari salah satu metode da'wah. Sesungguhnya da'wah itu, selain dengan lisan, misalnya melalui media penyiaran (broadcasting), kepandaian da'wah bil qalam (journalism) juga perlu digalakkan sebagai perwujudan da'wah di era globalisasi. Begitu juga da'wah bil haal dan da'wah bil maal yang menyangkut kepentingan masyarakat banyak.
Dari semua ini bisa kita simpulkan bahwa Guru Tua adalah seorang mujahid (pahlawan) dibidang pendidikan Islam dan da'wah ke jalan Allah pada masa tersebar banyak kejahilan. Ia seorang yang mengerti agama (faqih) pada masa kemunduran umat dan agamanya. Dan ia seorang yang ikhlas beramal pada saat banyaknya tersebar kemunafikan. Ia pun enggan mengetuk pintu penguasa untuk mendapatkan sesuatu, sehingga banyak penguasa yang datang mendampingi perjuangannya.
Selama hayat masih dikandung badan, Guru Tua merenda kehidupannya dengan manhaj Allah Tuhan semesta alam, agar semua laku perbuatannya bisa menjadi ibadah sejak hijrah dari lembah Hadramaut dan menapaki lembah Palu sampai meninggal dunia ditempat ini. Sehingga semua detik kehidupannya, segenap suara hatinya, dan segala aktivitasnya merupakan bentuk realisasi dari firman Allah ;
"Sesungguhnya shalatku, ibadah kurbanku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam"(Qs. 6:162).
Tepat sekali ungkapan yang disitirnya ;

Inilah karya amal bakti
yang menyatakan usaha kami
Hendaklah anda memperhatikan
hasil karya nyata ini
sepeninggal kami nanti

Semoga kita semua yang hadir pada peringatan Haul Guru Tua kali ini bisa mengenang kembali jasa-jasanya, meng-hidupkan cita-citanya, dan meneruskan perjuangannya. Fastabiqul-khairaat. Sekali lagi Fastabiqul-khairaat . . . ! Drs. A. Kadir, MH





















Perguruan Alkhairaat

Kenyataan kian membuka mata
Titik cerlang semakin nyata
Dari jauh cahyanya nampak menyata
Menabur kebaikan, menunai berkah semata

Beberapa ayat di dalam qur'an
Serta hadits yang kenamaan
Tentang nama pengambilan
Alkhairaat sebagai Perguruan

Agaknya bukan nama sembarangan
Dasarnya adalah firman Tuhan ; "Perhatikan !"
Berulang ulang disebutkan
Berisikan ritus dan kekaryaan

Apalah artinya pesona nama ini
Masyhur ternama keliling negeri
Kalau orang-orangnya mundur dan pergi
Semangatnya loyo seolah-olah di kebiri

Generasi tuanya hilang berganti
Yang muda siap sedia menanti
Tapi sayang tiada rela berbakti
Kesangsian dirinya bertambah parah pasti
O, k a u yang muda bestari
Tunjukkan keperkasaanmu di negeri ini
Hidupkan citra dan jati diri
Teruskan perjuangan Guru-mu yang sakti

Janganlah berjiwa kelor bermental talebe
Karena roda masa tak pernah meminta tabe
Jadilah pribadi eboni yang anggung, perlente
Agar tiada seorang pun menganggapmu sepele

Gantungkan cita-citamu setinggi gunung Nukilalaki
Kalau perlu lebih tinggi ketimbang langit
Meskipun ragamu berada di SIS Al – Jufri
Di alun-alun taman sari Perguruan Alkhairaat

0 komentar:

Posting Komentar